Archive for the ‘Akhlak Islami’ Category

Sabar Itu Tidak Ada Batasnya….

Posted: Februari 5, 2011 in Akhlak Islami

Banyak kita mendengar orang di sekitar  mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya. Namun, dinul Islam memberikan arahan kepada pemeluknya bahwa sabar itu tidak batasnya. Hujjah yang pertama adalah, orang sabar itu selalu bersama (rahmat) Allah. Membatasi kesabaran berarti membatasi seseorang untuk bersama Allah.

Sedangkan contoh dari ajaran itu terdapat pada satu riwayat pada saat Nabi Muhammad saw bersama sahabat Abu Bakar as-Shidiq r.hu.

Begini ceritanya….

Suatu hari, Rasulullah saw bertamu ke rumah sahabat Abu Bakar as-Shidiq r.hu. Ketika bercengkrama dengan Rasulullah saw, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencelanya. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum.

Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.

Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!”

Rasulullah menjawab, “Sewaktu ada seorang Arab Badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan ALLAH. Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya.”

Dari riwayat di atas cukuplah memberikan pemahaman, bahwa sabar itu memang tidak ada batasnya…Semoga kita semua mampu mengamalkannya….



 

Jika seorang pelajar ingin meraih kesempurnaan ilmu, hendaklah ia menjauhi kemaksiatan dan senantiasa menundukkan pandangannya dari hal-hal yang haram untuk dipandang karena yang demikian itu akan membukakan beberapa pintu ilmu, sehingga cahayanya akan menyinari hatinya. Jika hati telah bercahaya maka akan jelas baginya kebenaran. Sebaliknya, barangsiapa mengumbar pandangannya, maka akan keruhlah hatinya dan selanjutnya akan gelap dan tertutup baginya pintu ilmu. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).

Mata dan hati memiliki ikatan yang kuat. Para dokter akhlaq bertutur, “Antara mata dan hati ada kaitan eratnya. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hati pun rusak dan hancur. Berapa banyak jatuh korban akibat kerlingan mata yang membawa kehancuran dan penderitaan. Sudah amat banyak kita dengar kasus-kasus perbuatan keji yang dilakukan oleh para pemuda (perzinaan, homoseks, lesbian), suami-istri yang bercerai, atau menderitanya anak-anak sebagai korban. Semua bencana ini berasal dari pandangan mata, sebagaimana kata penyair, “Pandangan, lalu senyuman, kemudian salam dan bicara, lalu janji, kemudian pertemuan”. Pandangan melahirkan lintasan pikran, lintasan pikiran melahirkan nafsu syahwat, nafsu syahwat melahirkan kemauan yang kuat, sehingga menjadi tekad yang bulat. Dari sini dapat dipastikan akan muncul suatu perbuatan, selama tidak ada penghalang. Mustahil bisa terjaga kehormatan dan kesucian keluarga kecuali dengan menahan diri dan menjaga pandangan mata.

Sebuah pepatah mengatakan, “Bersabar menjaga mata lebih mudah daripada bersabar menanggung derita sesudahnya.” Seseorang yang mengumbar pandangannya akan senantiasa menyesal, ia terkena panah dari salah satu panah beracun iblis. ‘Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata, “Mata adalah tempat memancing bagi setan.” Masuknya setan salah satunya ketika seseorang memandang. Sesungguhnya masuknya setan lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke ruangan yang hampa. Setan akan menjadikan wujud yang dipandang seakan-akan indah, menjadikannya sebagai berhala tautan hati. Kemudian mengobral janji dan angan-angan. Lalu ia nyalakan api syahwat dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin melakukannya tanpa adanya gambaran wujud yang dipandangnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kaum mukminin dan mukminat apa yang menimbulkan syhwat lelaki dan syahwat wanita dan tidak memperkeras peringatan-Nya dari perzinaan saja. Bahkan apa yang mengajak atau mendekatkan pada zina pun dilarang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Al-Quran al-Karim Surah Al-Isra’ [17]: 32).

Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Dua pasang mata itu berzina dengan cara melihat.” (Muttafaq ‘alaihi). Dipahami bahwa menatap dengan mata adalah sebagian dari zina karena mendapat bagian yang besar dari kelezatan serta hiburan antara pria dan wanita. Oleh sebab itu, pandangan mata harus dijaga.

MANFAAT MENJAGA PANDANGAN MATA

[1]. Mendekatkan hati kepada Allah. Melepaskan pandangan tanpa kontrol dapat merusak dan menjauhkan hati dari Allah, serta dapat memutuskan hubungan antara hamba dan Tuhan. Para pemerhati masalah jiwa mengemukakan bahwa antara mata dan hati ada satu celah dan jalan. Manakala mata rusak, maka hati pun rusak, dan menjadi tempat kotoran. Hati itu tak bisa lagi menjadi fasilitas untuk mengenal, mencintai, dan menuju Allah.

 

[2]. Memberikan pakaian penuh cahaya kepada hati. Melepaskan pandangan secara bebas berarti membusanai hati dengan pakaian kegelapan. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan ayat an-Nur (cahaya) segera setelah memberikan perintah menjaga pandangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ”Katakanlah kepada orang-orang mukmim untuk menjaga pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka” (Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nur [24 ]: ayat 30) Setelah itu, Allah menyebutkan hasil atau pengaruhnya, “Allah adalah cahaya yang menerangi langit dan bumi. Cahaya-Nya itu bagaikan lubang, yang di dalamnya ada pelita … “ (Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nur [24]: ayat 35) Yaitu, seperti cahaya Allah di dalam hati hamba-Nya yang mukmin yang menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Manakala hati mendapat nur, hati itu dapat menerima berbagai kebaikan dari segala sisi. Namun, ketika hati gelap, ia menerima seluruh musibah dan keburukan dari semua tempat.

 

[3]. Melahirkan firasat yang benar, yang dengannya seseorang bisa membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang jujur dan yang dusta. Syuja’ al-Karmaniy mengatakan, ”Siapa yang mengisi lahiriahnya dengan mengkuti sunnah dan mengisi batinnya dengan senantiasa mawas diri, menjaga pandangan dari yang terlarang, menahan diri dari syubhat, dan makan yang halal, pasti firasatnya tidak pernah salah.” Syuja’ sendiri adalah orang yang firasatnya senantiasa benar.

[4]. Membuat hati berkonsentrasi dalam memikirkan hal-hal yang baik. Mengumbar pandangan, akan membuat seseoarang akan lupa akan hal itu, karena ada pembatas antara dia dan hatinya. Jiwanya pecah dan ia jatuh ke dalam perangkap hawa nafsunya dan lalai mengingat Tuhan. Ada kisah menarik mengenai menjaga pandangan ini. Karena sangat menjaga pandangannya, sebagian orang menduga bahwa Rabi’ bin Khutsaim buta. Selama dua puluh tahun, ia sering berkunjung ke rumah ibnu Mas’ud, ”Temanmu yang telah buta telah datang.” Ibnu Mas’ud tertawa karena ucapan itu. Ketika melihat Rabi’, Ibnu Mas’ud berkata, ”Alangkah gembiranya al-mukhbitiin (orang-orang yang merendahkan diri dihadapan Allah). Demi Allah, seandainya Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Sallam melihatmu, pasti beliau senang.” Mata yang selalu dijaga dari hal-hal yang diharamkan, tidak akan tersentuh oleh api neraka sebagaimana sabda Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam, “Tiga pasang mata tidak akan menyentuh api neraka, yaitu mata yang menutup dari apa yang diharamkan oleh Allah, mata yang terjaga di jalan Allah, dan mata yang menangis karena takut kepada Allah.” (Hadits Riwayat Imam Hakim dan Imam Baihaqy). Balasan itu setimpal dengan amal. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, niscaya Allah akan mencemerlangkan cahaya bashirahnya. Siapa yang meninggalkan sesuatu demi Allah, Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik baginya. Apabila seseorang menjaga pandangan dari hal-hal yang haram, Allah akan menggantikannya dengan nur pandangan-Nya. Allah juga akan membukakan untuknya pintu pengetahuan, iman, makrifat, dan firasat yang benar.